KUNINGAN, (VOX) – Penataan wajah kota seharusnya tidak meruntuhkan nasib warganya. Begitulah kritik tajam disampaikan Ir. Yanyan, pemerhati kebijakan publik, terhadap relokasi PKL di kawasan pertokoan Jalan Siliwangi, Kuningan, yang hingga kini masih menuai kegelisahan. Alih-alih membawa perubahan positif, relokasi dinilai malah membawa para pedagang ke jurang keterpurukan.
“Ini bukan sekadar memindahkan tempat jualan. Ini seperti memindahkan penghasilan mereka ke titik nol,” ujarnya.
Menurut Yanyan, relokasi dilakukan tanpa perencanaan matang dan nyaris mengabaikan realitas sosial ekonomi para pedagang. Ia menyebut, rencana awal eks SDN 17 dijadikan lahan parkir, namun secara tiba-tiba difungsikan sebagai lokasi PKL.
“Fasilitas minim, akses sulit, pembeli sepi. Relokasi seperti ini jelas mematikan,” katanya.
Namun ia tak berhenti pada kritik. Yanyan menawarkan solusi yang dinilainya realistis, efektif, dan manusiawi. Ia mengusulkan agar jalur bongkar muat di Jalan Siliwangi yang selama ini tidak digunakan maksimal dialihfungsikan menjadi area resmi dan tertata bagi PKL.
“Dengan perencanaan arsitektural yang baik, kios seragam, gazebo untuk makan, dan estetika ruang hijau, kawasan ini bisa menjadi ikon kuliner yang menarik tanpa harus mengorbankan siapa pun,” paparnya.
Tak hanya soal tampilan, ia menekankan pentingnya regulasi, jumlah PKL dibatasi sesuai data awal, dikenakan retribusi resmi untuk PAD, serta pengaturan parkir kendaraan roda dua, roda empat, dan delman agar lalu lintas tetap tertib.
“Semua ini bisa dicapai jika pemerintah serius dan melibatkan berbagai pihak, bukan hanya satu dinas,” tegasnya.
Yanyan mengingatkan bahwa pembangunan yang hanya berorientasi pada fisik tanpa empati sosial hanyalah hiasan semu.
“Apalah arti Kuningan yang katanya melesat, kalau di balik keindahan trotoar ada pedagang kecil yang kehilangan nafkah?”
Ia menutup dengan ajakan “Mari tata kota, tapi jangan lupa tata juga hati nurani. Karena kota yang hebat bukan hanya indah dipandang, tapi juga adil bagi semua yang menggantungkan hidup di dalamnya.”/AS