BANDUNG, (VOX) – Suasana Gedung Sabuga Bandung mendadak gegap gempita pada Rabu (20/8), saat berlangsung Penganugerahan Sayembara Video Perpisahan Sekolah 2025 bertema “Sederhana Itu Istimewa.” Ratusan guru dan siswa yang hadir berteriak histeris penuh kegembiraan ketika Dedi Mulyadi (KDM) menyampaikan usulannya terkait jam sekolah.
Dengan nada penuh empati, KDM menyampaikan kegelisahannya terhadap pola jam masuk dan pulang sekolah di Jawa Barat saat ini. “Anak-anak kalau berangkat pukul setengah 5, pukul 5, dan pulangnya pukul 3 sore, kasian Pa, cape mereka,” ujar KDM, yang langsung disambut sorakan riuh siswa dan guru.
Seruan Kajian Psikologis
KDM menekankan bahwa kebijakan jam belajar tidak boleh sekadar dihitung dari sisi administratif, tetapi harus memperhatikan faktor psikologi anak. Ia menegaskan perlunya kajian serius oleh Dinas Pendidikan (Disdik).
“Tolong untuk Disdik dikaji, melibatkan psikologi pendidikan. Berapa lama waktu ideal untuk mereka belajar? Jangan sampai kebijakan justru membuat anak-anak kehilangan semangat karena terlalu lelah,” tegasnya.
Menurut KDM, berbagai riset menunjukkan bahwa konsentrasi belajar anak ada batasnya, dan bila dipaksa terlalu lama justru kontraproduktif. Usulan jam pulang pukul 13.30 dinilai lebih seimbang, karena tetap memberi ruang untuk kegiatan ekstrakurikuler dan waktu istirahat yang cukup.
Guru Tidak Sama dengan ASN
Dalam kesempatan itu, KDM juga menyinggung soal perbedaan pola kerja guru dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) lainnya. Ia menilai, ASN memiliki fleksibilitas dalam mengatur ritme kerja, sementara guru harus berada di depan kelas dengan konsentrasi penuh sepanjang jam pelajaran.
“ASN tidak bisa disamakan dengan guru jam kerjanya. ASN lebih fleksibel, sedangkan guru harus fokus, fokus, fokus. Jadi tolong dikaji saran saya ini,” ucap KDM disambut tepuk tangan panjang dari para guru yang hadir.
Sorakan Histeris Pelajar dan Guru
Pernyataan KDM langsung memantik suasana haru bercampur riang. Siswa yang hadir tampak berteriak histeris, sebagian berdiri sambil bersorak kegirangan. Para guru pun tidak ketinggalan mengangkat tangan tanda setuju, seolah menyuarakan unek-unek yang selama ini mereka rasakan.
KDM menegaskan bahwa saran ini bukan sekadar retorika, tetapi harus ditindaklanjuti dengan kajian yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari psikolog pendidikan, pakar kesehatan anak, hingga organisasi profesi guru.
.Abu Azzam