Menjaga Urat Bumi Kuningan: Suara dari Penggiat Lingkungan dan Akademisi


KUNINGAN, (VOX) – Air panas yang muncul di sejumlah titik di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, bukan sekedar fenomena alam biasa. Keberadaannya merupakan hasil dari aktivitas panas bumi yang mengalir melalui urat-urat bawah tanah, sungai bawah tanah (run off), sungai permukaan seperti Cisanggarung, hingga potensi aliran magma yang memunculkan fenomena garam alami di wilayah Ciniru.

Hal ini disampaikan oleh Dany Wartawan Suara Kuningan, tokoh masyarakat Kuningan yang juga aktif sebagai penggiat lingkungan dalam Aliansi Masyarakat Peduli Aliran Sungai (AMPAS). Menurutnya, seluruh sistem hidrogeologi di wilayah tersebut harus dijaga dan dilestarikan dengan serius.

“Panas bumi yang menghasilkan air panas adalah bagian dari sistem alam yang sangat sensitif. Jika urat-uratnya rusak, baik dari aktivitas tambang ilegal, pencemaran sungai, maupun alih fungsi lahan, maka keseimbangan alam bisa terganggu secara permanen,” ujarnya. Minggu (08/06/2025).

Dany menekankan pentingnya menjaga daerah tangkapan air, menjaga kelestarian hutan, serta menindak aktivitas yang merusak struktur bawah tanah, termasuk di kawasan Ciniru yang dikenal dengan kandungan mineral alaminya.

Sebagai Ketua Ikatan Alumni Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti (ARGADIKA) Kuningan. Dani menegaskan bahwa hutan dan kawasan resapan air di Kuningan tidak bisa dipandang sebagai sumber daya semata, melainkan sebagai penyangga kehidupan jangka panjang bagi masyarakat.

“Ketika kita merusak hulu, maka kita sedang membunuh sumber kehidupan di hilir,” ujarnya tegas.

Pernyataan ini diharapkan menjadi pengingat penting bagi pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat umum akan pentingnya pelestarian alam demi keberlanjutan ekosistem, khususnya di daerah yang memiliki kekayaan panas bumi seperti Kuningan. Pungkasnya./Moris