Bukan Sekedar Sekolah, SLBN Taruna Mandiri Kuningan Jadi Pelita Harapan bagi Anak Berkebutuhan Khusus


KUNINGAN, (VOX) – Di balik sederet gedung sekolah yang megah di Kabupaten Kuningan, terdapat sebuah sekolah sederhana yang memancarkan cahaya harapan dari sudut yang tak banyak disorot. SLBN Taruna Mandiri Kuningan sebuah sekolah luar biasa yang tak hanya mengajarkan ilmu, tapi juga menumbuhkan keyakinan bahwa setiap anak, apapun keadaannya, layak bermimpi dan berkarya.

Kamis, (19/06/2025) menjadi hari yang tak terlupakan. Untuk pertama kalinya, SLBN Taruna Mandiri dikunjungi Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Fajar Riza Ul Haq, M.A. Kehadiran tokoh nasional di sekolah ini bukan hanya memberi semangat, tetapi juga pengakuan bagi perjuangan para guru dan siswa yang setiap hari membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah akhir dari segalanya.


“Bagi kami, ini lebih dari kunjungan biasa. Ini pengakuan bahwa anak-anak kami juga pantas didengar dan diberi kesempatan,” ucap Kepala Sekolah Kokoy Kurnaeti dengan penuh haru.

Kunjungan tersebut disambut dengan sebuah persembahan yang tak biasa dengan selembar kain batik hasil karya siswa tunarungu, yang digambar dan dicanting sendiri. Coraknya unik, terinspirasi dari sekolah vokasi inklusif di Jepang. Bukan hanya indah dipandang, tetapi sarat makna bahwa dari tangan-tangan yang sunyi, bisa lahir keindahan yang bicara lebih banyak daripada kata-kata.

SLBN Taruna Mandiri bukan sekedar tempat belajar. Sejak duduk di bangku kelas 7, para siswa diarahkan untuk mengenali potensi diri melalui berbagai keterampilan vokasi seperti menjahit, merangkai bunga, membuat kerajinan, hingga pelatihan hospitality. Bahkan, meski tak memiliki guru berlatar belakang perhotelan, sekolah ini berhasil membuka bengkel praktik perhotelan berkat semangat kolaborasi dan belajar tanpa henti.

Kokoy bercerita, sekolahnya telah menjalin kemitraan dengan hotel-hotel lokal seperti Grage Sangkanurip, di mana para siswa bisa magang langsung dan merasakan atmosfer dunia kerja. Mereka yang lulus pun tak dibiarkan berjalan sendiri sekolah membentuk Bursa Kerja Khusus (BKK) yang aktif menghubungkan lulusan dengan industri. Beberapa alumni kini bekerja di pabrik sepatu di Brebes, bukti nyata bahwa sekolah ini mencetak kemandirian.

Tak hanya itu, inovasi pun tumbuh subur. Dua alat bantu pembelajaran bagi siswa tunarungu dan tunagrahita berhasil dikembangkan dan mendapat pengakuan resmi berupa Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dari Kemendikbudristek. Prosesnya panjang hampir dua tahun penuh riset dan uji coba, namun hasilnya kini menjadi kebanggaan sekolah dan harapan bagi pendidikan inklusif di Indonesia.

“Kami di sini tidak sedang mencari panggung. Kami hanya ingin dunia tahu, bahwa anak-anak kami juga bisa. Tolong, jangan lagi pandang mereka sebelah mata,” ujar Kokoy, lirih namun tegas.

SLBN Taruna Mandiri memang tidak berlomba menjadi unggulan di atas kertas. Tapi setiap langkah kecil mereka, setiap karya, setiap senyum yang tumbuh di balik keterbatasan adalah bukti bahwa harapan itu nyata, dan masa depan penuh karya bukanlah mimpi yang mustahil./AS