KUNINGAN, (VOX) - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), organisasi mahasiswa yang lahir dari semangat perjuangan Bung Karno dan ideologi Marhaenisme, kini menghadapi tantangan besar berupa perpecahan internal. Kondisi ini dinilai mengkhianati semangat persatuan yang menjadi ruh GMNI sejak awal berdiri.
Ketua DPC GMNI Kuningan, Bung Amar, menyebut perpecahan yang terjadi saat ini bukan sekadar persoalan struktural, tetapi sudah menyentuh inti perjuangan organisasi.
“Perpecahan yang terjadi di GMNI adalah alarm bagi kita semua. Ini bukan hanya masalah struktural, tetapi sudah menyentuh substansi perjuangan. Kita lupa bahwa GMNI didirikan untuk satu tujuan: mewujudkan cita-cita Marhaenisme. Ketika kita terpecah, perjuangan kita untuk rakyat Marhaen pun akan terhambat,” tegasnya, Selasa (5/8/2025).
Marhaenisme, menurut Amar, bukan sekadar teori, melainkan jalan perjuangan kolektif yang menuntut persatuan dan keberpihakan pada rakyat kecil. Perpecahan, lanjutnya, justru menjauhkan GMNI dari tujuan ideologis yang digariskan Bung Karno.
Ia pun mengajak seluruh kader untuk kembali merenungkan pesan Bung Karno, terutama dalam pidato "To Build The World Anew" di Sidang Umum PBB tahun 1960.
“Jikalau kita mempunyai ideologi, kita mempunyai persatuan. Kita mempunyai persatuan, kita mempunyai kekuatan. Kita mempunyai kekuatan, kita bisa memenangkan perjuangan,” kutip Amar.
Amar menegaskan, saatnya seluruh elemen GMNI dari tingkat DPC hingga DPP duduk bersama menyelesaikan perbedaan secara dewasa dan ideologis.
“Perpecahan hanya akan melahirkan kekalahan. Persatuanlah yang akan membawa kita kepada kemenangan dan mengembalikan marwah GMNI sebagai organisasi pelopor perjuangan rakyat,” pungkasnya.
.Abu Azzam