Post ADS 1
Post ADS 1

Air Untuk Anak Cucu Teaterikal UNIKU, Dinilai Relevan Dengan Kondisi Nyata Kuningan


KUNINGAN, (VOX) - Suasana di sepanjang Jalan Siliwangi mendadak hening sesaat ketika rombongan dari Universitas Kuningan (UNIKU) mulai menampilkan aksi teaterikal bertajuk Air untuk Anak Cucu dalam Karnaval Budaya 527 Tahun Kuningan pada Minggu 5 Oktober 2025. Penampilan ini menjadi salah satu yang paling ditunggu masyarakat bukan hanya karena keindahan artistiknya tetapi juga karena pesan kuat dan relevan dengan kondisi Kuningan saat ini tentang pentingnya menjaga alam demi keberlangsungan hidup generasi mendatang.


Melalui ekspresi teater jalanan yang penuh simbol para mahasiswa UNIKU menggambarkan bagaimana air sebagai sumber kehidupan hanya akan tetap menjadi berkah bila gunung hutan dan sungai terjaga. Adegan demi adegan memperlihatkan perjuangan manusia melawan kerakusan pembangunan yang menggunduli hutan dan menimbun sungai dengan beton serta aspal.


“Air yang melimpah akan tetap ada manakala gunung hutan dan sungai dirawat. Tapi jika semua ditanami beton dan tugu maka air akan berubah jadi bencana,” seru narator dalam salah satu adegan penuh emosi yang langsung disambut tepuk tangan panjang dari penonton.



Pesan itu terasa sangat relevan dengan situasi nyata di Kuningan hari ini. Di tengah gencarnya pembangunan di wilayah Cisantana masyarakat kini menghadapi konflik air yang bersumber dari mata air di kawasan Gunung Ciremai yang berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Air yang semestinya menjadi sumber kehidupan bagi warga kini diduga dimanfaatkan secara komersial untuk kebutuhan wisata dan rumah makan.


Bahkan di sejumlah kawasan air sumur bor dikomersialkan dan aliran sungai mulai tercemar limbah kotoran sapi membuat masyarakat sekitar kesulitan mendapatkan air bersih. Dalam konteks ini aksi teaterikal UNIKU terasa seperti cermin sosial dan seruan moral agar semua pihak baik pemerintah pelaku usaha maupun masyarakat tidak abai terhadap keseimbangan alam.


Teater ini juga menjadi bentuk kritik halus terhadap arah pembangunan yang sering kali mengabaikan asas konservasi. Dalam narasi puitisnya UNIKU menyerukan agar Kuningan benar-benar berkomitmen menjadi Kabupaten Konservasi dengan kebijakan yang berpegang teguh pada prinsip keberlanjutan dan lingkungan hidup.


Aksi teatrikal ditutup dengan adegan simbolik ketika sekelompok anak kecil membawa kendi air dan menanam bibit pohon di tengah jalan. Pesan sederhana namun dalam bahwa air untuk anak cucu hanya akan tetap mengalir jika hari ini manusia menjaga bumi.


Penonton tampak haru dan kagum. Banyak yang menyebut penampilan UNIKU sebagai penyaji paling bernilai dan penuh makna di antara ratusan peserta lainnya. “Bukan sekadar tontonan tapi peringatan,” ujar seorang warga usai pertunjukan.


UNIKU berhasil membuktikan bahwa seni bukan hanya tentang keindahan tetapi juga tentang kesadaran. Melalui Air untuk Anak Cucu mereka mengingatkan kita semua untuk merawat gunung menjaga hutan dan melestarikan sungai agar air tetap menjadi berkah bukan musibah demi anak cucu.


.RedVox

banner