Rizky Muhammad Aditya, Alumni SMAN 3 Kuningan yang Bekerja di Jepang, Usul Festival Ikonik untuk Dongkrak PAD

RMA Dilibatkan dalam Festival/VoxDoc*

JEPANG, (VOX) – Rizky Muhammad Aditya, warga Desa Kalimanggis, Kecamatan Kalimanggis, Kabupaten Kuningan, yang kini bekerja sebagai tenaga profesional di Jepang melalui skema Specified Skilled Worker (Tokutei Ginou), menyampaikan harapannya agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuningan lebih serius mengembangkan sektor pariwisata berbasis budaya lokal sebagai sumber peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Alumni SMAN 3 Kuningan angkatan 2009 ini mencontohkan bagaimana Jepang dapat menggelar festival sederhana namun berdampak besar seperti Obon Matsuri—tradisi tahunan untuk menghormati arwah leluhur yang biasanya diisi dengan tarian rakyat (Bon Odori), lentera, dan ritual penghormatan.

Obon Matsuri itu sebenarnya sederhana. Tapi karena digelar konsisten setiap tahun, melibatkan warga secara penuh, dan dipromosikan dengan kuat di media sosial, festival ini bisa menarik wisatawan dari berbagai daerah dan negara,” ujar Rizky, Kamis (17/7), dari Jepang.

Warga pendatang dilibatkan di festival/VoxDoc*

Ia melihat bahwa Kabupaten Kuningan juga memiliki potensi serupa, terutama lewat kekayaan tradisi seperti Seren Taun—upacara adat masyarakat agraris yang dilaksanakan sebagai bentuk syukur atas hasil panen.

Seren Taun adalah budaya yang unik dan sarat makna. Kalau dikembangkan sebagai event pariwisata yang konsisten, dengan promosi digital yang profesional, bisa menjadi ikon budaya yang dikenal luas,” jelas Rizky.

Menurutnya, kunci keberhasilan festival budaya bukan pada kemewahan acara, melainkan konsistensi, keterlibatan masyarakat, dan pengemasan visual yang menarik untuk era media sosial.

Pemerintah bisa menjadi fasilitator. Yang penting ada keterlibatan warga dan narasi kuat di media sosial. Itu bisa membangun kebanggaan daerah dan pada akhirnya mendongkrak ekonomi lokal serta PAD,” tambahnya.

Rizky berharap Pemkab Kuningan dapat merancang satu atau dua event budaya unggulan yang menjadi identitas pariwisata daerah—sebagaimana banyak kota kecil di Jepang yang mampu menempatkan festival lokal sebagai penggerak ekonomi masyarakat.

.AA