KUNINGAN, (VOX) – Sebuah tragedi kemanusiaan tengah berlangsung di Kabupaten Kuningan. Empat anak perempuan dari berbagai latar belakang seorang tunarungu, anak yatim, balita berusia lima tahun, hingga seorang ibu muda yang mengaku menjadi korban sejak kecil, diduga telah menjadi sasaran predator seksual berinisial A (51), warga Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi.
A disebut-sebut selama ini dikenal aktif dalam kegiatan keagamaan dan dihormati di lingkungannya. Namun di balik sosoknya yang alim, justru tersimpan dugaan tindakan biadab yang dilakukan secara berulang terhadap anak-anak tak berdaya.
Korban dan Kronologi.
Salah satu korban adalah AMA (10), penyandang tunarungu warga Dusun Pasawahan, Desa Karangtawang, Kecamatan Kuningan. Sang ayah, AA, mengungkap bahwa anaknya yang tidak bisa mendengar itu menunjukkan perilaku trauma. Lewat bahasa isyarat, AMA mengisyaratkan kejadian tak senonoh yang dialaminya.
Tak hanya AMA, MHM (10), juga dari Dusun Pasawahan dan seorang anak yatim, menjadi korban berikutnya. Ia disebut sempat diajak pelaku masuk ke sebuah warung milik kerabat pelaku. Di tempat itu, peristiwa yang mencoreng kemanusiaan tersebut diduga terjadi.
Korban ketiga adalah balita perempuan, warga Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi. Usianya baru lima tahun. Pemeriksaan medis yang dilakukan oleh keluarganya menunjukkan adanya kerusakan pada alat vitalnya. Fakta ini memperkuat dugaan bahwa tindakan kekerasan seksual benar-benar terjadi.
Korban keempat, seorang ibu muda berusia 20 tahunan, mengaku pernah mengalami pelecehan dari terduga pelaku saat masih anak-anak. Kini, setelah melahirkan, ia bersiap untuk melaporkan kejadian masa lalunya ke pihak berwajib.
![]() |
(AA) ayah korban /VoxDoc* |
Terduga Diduga Sudah Kabur
Meskipun keluarga AMA sudah melapor ke Polres Kuningan, dan AA (ayah korban) sudah dimintai keterangan secara resmi, respons aparat dinilai sangat lambat di awal kejadian. Rumah terduga pelaku bahkan sempat didatangi aparat dan pihak desa, namun bukan untuk penangkapan.
“Saya pikir mau diamankan. Tapi nyatanya cuma didatangi. Katanya belum bisa bertindak karena laporan belum masuk lengkap. Sekarang rumahnya kosong. Pelaku diduga sudah kabur!” kata AA, Rabu malam (24/7).
Para keluarga korban pun mulai hilang kepercayaan. Mereka menilai polisi terlalu berhati-hati dan mengulur waktu dalam menangani kasus yang seharusnya jadi prioritas hukum dan kemanusiaan.
“Kalau anak pejabat yang jadi korban, apakah akan begini lambatnya? Ini anak-anak kecil! Ada yang cacat, ada yang yatim, ada balita! Mau tunggu berapa korban lagi baru pelaku ditangkap?” cetus AA dengan nada geram.
![]() |
TKP menurut keterangan AA/VoxDoc* |
Keluarga Berpengaruh
Fakta lain yang menguatkan kesan ketimpangan adalah bahwa beberapa keluarga sempat enggan melapor karena pelaku berasal dari keluarga yang dianggap 'ditakuti' dan terkenal di lingkungannya.
Namun sekarang, setelah diyakinkan semua orang sama di mata hukum korban terus bertambah, keberanian mulai muncul.
“Saya sudah bilang tapi ga ada yang percaya, karena sosok A yang alim. Tidak ada yang percaya,” ujar AA menirukan ucapan salah satu ibu korban.
Tangkap Sekarang, Jangan Tunggu Lagi!
Keluarga korban mendesak Polres Kuningan segera bergerak cepat. Bagi mereka, ini bukan lagi sekadar kasus perorangan, tapi sudah menjadi alarm bahwa predator anak bisa bersembunyi di balik topeng kesalehan.
“Kami menuntut satu hal: tangkap pelaku sekarang! Jangan tunggu ada korban kelima atau keenam. Polisi harus jadi pelindung rakyat, apalagi ini menyangkut masa depan Anak anak!” pungkas AA.
.Abu Azzam