KUNINGAN, (VOX) – RSUD 45 Kuningan menggelar monitoring dan evaluasi (monev) perencanaan perbaikan strategis bersama Lembaga Penyelenggara Akreditasi Rumah Sakit (LARS DHP), Jumat, 26 September 2025. Agenda ini menjadi langkah rumah sakit memperkuat mutu layanan sekaligus memastikan standar akreditasi benar-benar berjalan sebagai budaya kerja.
Acara yang berlangsung di Aula Lantai 3 RSUD 45 ini dihadiri Pj Sekda Kabupaten Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., Kadinkes Kuningan, dr. Edi Martono, MARS., Direktur RSUD 45, dr. Deki Saifullah, MMKes., serta tim surveyor LARS DHP, H. Ruslan, S.Kep.NS., MARS., FISQua dan dr. Ati Setyowati, M.M., FISQua. Hadir pula jajaran tenaga kesehatan meliputi dokter, bidan, perawat hingga administrator.
Direktur RSUD 45, Deki Saifullah, menegaskan monev bukan sebatas kewajiban administratif, melainkan bentuk komitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan. “Evaluasi ini bukan hanya pencapaian administrasi, tapi juga motivasi agar RSUD 45 terus berbenah,” ujarnya.
Pj Sekda Wahyu Hidayah memberi penekanan lebih jauh. Ia mengingatkan, akreditasi rumah sakit tidak boleh berhenti pada dokumen. Standar mutu harus menjadi budaya kerja yang melekat pada setiap tenaga kesehatan. “Pasien datang dengan harapan besar: dilayani cepat, tepat, aman, dan penuh empati. Itulah esensi mutu layanan kesehatan,” katanya.
Menurut Wahyu, pelayanan paripurna harus menjadi orientasi RSUD 45. Layanan itu bersifat menyeluruh: promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif, termasuk pendampingan psikologis dan edukasi kesehatan bagi pasien dan keluarga. “Pelayanan paripurna berarti pasien diperlakukan sebagai manusia seutuhnya, bukan sekadar objek medis,” ujarnya.
Kadinkes Kuningan, dr. Edi Martono, menambahkan bahwa perbaikan mutu harus selaras dengan sistem kesehatan daerah. Menurutnya, rumah sakit daerah tak hanya dituntut memenuhi standar akreditasi, tetapi juga berperan sebagai penggerak inovasi layanan kesehatan. “RSUD 45 harus menjadi model pelayanan yang mengintegrasikan teknologi, tata kelola yang baik, serta sentuhan kemanusiaan. Semua itu kunci untuk menjaga kepercayaan masyarakat,” kata Edi.
Selain itu, Wahyu menegaskan pentingnya integrasi teknologi digital. Sistem digital, kata dia, harus mempermudah pasien, bukan menambah beban. “Teknologi harus selaras dengan kemanusiaan. Tenaga kesehatan tetap harus bekerja dengan hati, menjunjung etika, dan menjaga integritas,” ujarnya.
Pemerintah daerah, menurut Wahyu, mendukung penuh upaya RSUD 45. Namun ia menekankan, kualitas pelayanan hanya bisa bertahan jika seluruh sumber daya manusia kesehatan bekerja dengan tanggung jawab. “Monitoring dan evaluasi ini harus menjadi cermin untuk terus berbenah,” tegasnya.
Kerja sama strategis dengan LARS DHP diharapkan memperkuat tata kelola RSUD 45, meningkatkan kepuasan pasien, sekaligus menjawab tantangan layanan kesehatan modern. Rumah sakit kebanggaan masyarakat Kuningan ini kini meneguhkan peran sebagai rujukan utama, dengan orientasi pada mutu, keselamatan pasien, dan pelayanan kesehatan paripurna bagi seluruh lapisan masyarakat.
.RedVox